insight

Menyaksikan Akibat Nyata Riba

Di suatu sore, seorang teman mengirimkan sms : ” tolong saya, teteh punya teman dokter? Saya sakit, jiwa, saya sudah tidak kuat “. Sms itu mengagetkan saya. Saya segera tlp beliau untuk mengecek kondisi nya. Singkat cerita saya rekomemdasikan seorang dokter jiwa/Pskiater yang kebetulan tetangga.

Beberapa hari kemudian, saya bisa bertemu langsung dengan teman saya itu. Kondisi fisik ny sebenarnya sehat, cuma kalau menelisik kondisi psikoloisnya, sangat terlihat beliau dalam kondisi tertekan yang hebat.

Kemudian mengalirlah ceritanya, tentang akar permasalahan yang sedang dihadapi keluarganya. Hutang dan Bunganya. Ya, Hutang yang besar, kepada bank. Dimana hutang tersebut, telah menjadi bunga ber bunga, menjadi berlipat lipat, menjadi bola salju, yang makin lama makin besar.

Berbagai usaha sudah dilakukan oleh teman saya ini, namun tidak menghasilkan perubahan yang spesifik terhadap hutangnya. Karena keterlambatan sedikit saja, menyebabkan hutangnya malah makin membesar. Belum lagi kedatangan “tamu istimewa” yang hampir tiap hari datang ke rumahnya menagih dengan cara yang biasa sampai cara yg meresahkan hati, fisik dan fikiran. Teman saya bercerita bagaimana ia, harus melindungi tiga anak ny secara mental agar tidak ikut terlukai dengan kondisi ini. Sebuah kondisi yang sangat tidak mudah menurut saya.

Belum lagi, beberapa hal yang ia rasakan, tertekan, resah dan cemas yang sangat, belum lagi harus berpacu dengan waktu untuk melakukan pembayaran yg besar, dsb. Saya melihat kelelahan dalam matanya, bukan fisik, tapi mental.

Sebagai teman, saya hanya bisa membantu dalam kapasitas saya saja. Walau belia lebih tua dari saya, saya mencoba memberi beberapa saran. Mungkin bukan solusi, namun semoga bisa meringankan walau sedikit saja.

Lagi, saya menyaksikan akibat nyata sebuah system riba, yang nyata Allah Swt haramkan. Karena memang sangat merugikan. Sebelumnya juga saya pernah menyaksikan teman saya yang lain -seusia saya- yang terlibat jeratan hutang riba kartu kredit, yang akhirnya menyengsarakan kehidupan ekonominya. Bunga ber bunga.

Ini semua menjadi pelajaran buat saya, dan semoga semakin menguatkan saya untuk benar benar menghindari godaan riba, dalam apapun bentuknya. Semoga

~ semoga bermanfaat, salam sayang dari kota kembang, Bandung… muachhhh … 🙂

15 thoughts on “Menyaksikan Akibat Nyata Riba”

  1. itu karena belum bijak menggunakan hutangnya..
    daku juga pernah terjerat bunga berbunga, akhirnya selese juga dengan mengorbankan aset.. setidaknya jadi belajar ya kita..
    jual aja rumahnya sementara biar mental dijaga, kalu engga tinggal sama sodara gitu ato orangtua, jaga mental anak2nya.. suami ga ada?
    didoakan lancar jaya..

  2. syerem gue baca ceritanya. =..=

    tapi ada sih ya orang2 yang pinter memanfaatkan kredit bank sama si kartu kredit dan bisa memajukan usahanya. tapi keknya hukumnya tetep sama kali ya kecuali klo dari bank syariah *eh, ada ga sih kartu kredit dari bank syariah? :))

  3. orang tua saya pernah ada di posisi itu mbak,,,
    saya sebagai anaknya juga sempat merasakan tekanan dari pihak bank,,
    hampir setiap hadi rumah di datangi tamu “istimewa” membuat keluarga saya selalu cemas,,
    tapi alhamdulillah masa suram itu telah lewat,,,,
    semoga teman mbak bisa melewati masa itu dengan baik…

  4. temen saya dl jg ada yg kejebak hutang CC. Hingga 10 juta. Merengek2 ke teman2 utk meminjamkan uang spy bs ngelunasin dl krn klo pinjam ke kita2 kan ga pk bunga. e….ternyata, smp skrg ga dibayar. jd kasian……. pengen mengiklhaskan tp klo lg ga punya duit jd diingat2 lg hehe…

  5. Udah banyak yg kena musibah dari jeratan ekonomi riba ini.
    Mending lebih baik dan lebih aman pakai uang yg bener2 pasti kita punya.
    Semoga dimudahkan urusannya.

Leave a reply to angkasa13 Cancel reply